Umat ini hendaknya mampu membedakan tiga kriteria ulama: ulama ummah, ulama millah dan ulama sulthon. Karena sering dijumpai adanya kekaburan pengertian dan pemahaman masyarakat pada umumnya terhadap makna ulama. Umumnya, asal seorang itu pintar dan pandai berbicara, langsung dicap sebagai seorang ulama. Padahal ulama selain dibedakan antara ulama suu’ dan ulama khair. Umat juga semestinya bisa mengetahui ciri-ciri dan mengenal pengertian antara ulama ummah, ulama millah dan ulama sulthon, sehingga kita bisa bersikap kepada mereka, menimba ilmu dari mereka serta meminta fatwa dari mereka.
Hal ini menjadi sangat penting mengingat Indonesia tidak punya penguasa dan pemimpin panutan yang mengarahkan umat kepada jalan lurus yang diridhai Allah. Para penguasa dan pemimpin yang ada saat ini malah menggiring umat ke jalan kesesatan.
Sekarang ini kita berada di zaman yang sudah jarang terdapat ulama rabbani. Nasib mereka berkisar antara dibunuh, diusir, dipenjara, diperangi, atau diboikot.
Jadilah kita sekarang menghadapi musibah besar dengan naiknya para pemimpin bodoh yang tukang penyesat bagi setiap pemerintahan thaghut. Tujuan mereka adalah untuk medapatkan kedudukan dan agar dinaikkan ke atas mimbar, baik media cetak, televisi, maupun radio supaya mereka bisa menjadi rujukan bagi orang banyak.
Dengan begitu, mereka bisa leluasa memaksakan opini yang mereka buat. Juga untuk mengganti posisi para ulama rabbani dengan kebusukan dan kejahatan mereka.
Demikian disampaikan ustadz Abu Rusydan, saat ,menjadi nara sumber pada bedah buku yang berjudul “Potret Ulama Antara Yang Konsisten & Penjilat” di Masjid Muhammad Ramadhan, Jl. Raya Pulau Ribung, Pekayon, Bekasi Selatan, Ahad (18/3/12).
“Setiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, dan Rabbmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya” (Al-Isra’: 84).
Maka tenarlah nama nama mereka yang mengkhianati agama di media massa. Mereka lebih cenderung kepada dunia sehingga para thaghut leluasa mengumbar lisannya. Semua aktivitas yang mereka kerjakan tak lain untuk menikam Jihad dan mujahidin. Di sisi lain, mereka mendukung para thaghut dan musuh.
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan pekadanya ayaat ayat Kami. Kemudian melepaskan diri daripada ayat ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai ia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya adalah seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan ludahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah kisah itu agar mereka berfikir” (Al A’raf : 175-176).
Lebih lanjut Abu Rusydan memaparkan bahwa, kepercayaan thaghut kepada ulama yang menyesatkan semacam ini menjadi semakin kuat. Mereka buatkan mimbar mimbar untuk mereka, dan menyebarkan buku buku mereka, juga siaran di radio sehingga kebatilan mereka menggema di seluruh penjuru dunia. Namun sejatinya, itu semua adalah seperti buih lautan, banyak tapi tidak berkah. Adapun buih maka akan hilang tak tersisa, sedangkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia akan tetap mantap di bumi.
Kemunculan mereka yang oleh Muhammad bin Maslamah disebut sebagai lalat di atas kotoran jauh lebih baik daripada qari di depan pintu penguasa.
Saya ulangi bahwa kemunculan dan ketenaran mereka bukan akibat dari dibungkamnya ulama sejati, atau efek yang tak sengaja atau karena hasil kerja keras mereka semata. Bukan seperti ini kenyataannya. Tetapi, hakikat kemunculan mereka itu dilatarbelakangi rencana yang telah dikaji dan berdasarkan rekomendasi tertulis dari berbagai lembaga dan study crisis center Amerika, seperti Rand Corporation yang didiktekan kepada pemerintah.
Sampai saat ini lembaga tersebut masih memberikan rekomendasi untuk memutus dan menjatuhkan para ulama yang menjadi rujukan paham salafi jihadi. Di sisi lain, dengan mengangkat pamor orang-orang yang mereka sebut sebagai masyayikh moderat yang merepsentasikan Islam yang sesuai dengan realitas dunia hari ini, tentu saja yang sesuai dengan kehendak Amerika.
Ini adalah bagian dari makar mereka, makar siang dan malam yang mampu mendefinisikan sebagian faktor penyebab berbagai serangan sengit yang dilancarkan kepada banyak ulama yang menjadi simbol arus pemahaman salafi jihadi yang penuh berkah ini.
Semua langkah ini mereka lakukan sebagai bentuk penyiapan lahan bagi para ulama kaki tangan para penguasa, sehingga mereka dengan leluasa dapat menyesatkan dan menipu umat. Serta berhasil menekuk lutut mereka dihadapan para musuh agama. Termasuk menyetir agama ini demi kepentingan pemerintah dan para loyalisnya, yang sejatinya adalah musuh agama yang sebenarnya.
Mereka memberikan fatwa fatwa yang dijadikan legitimasi syar’i untuk membenarkan kejahatan penguasa. Sehingga pemberlakuan undang-undang positif yang bertentangan dengan syariat Islam menjadi legal. Secara bersamaan status kekafiran yang disandang musuh agama semakin ringan, tentunya dengan jalan mengategorikan perbuatan itu sebagai kufrun asghar (Perbuatan kafir yang tidak membatalkan keislaman). Atau bahkan sesekali menafikan ketentuan hukum (kekafiran) ini dengan menuduhnya sebagai salah satu prinsip pemikiran khawarij dan takfir, papar ustdaz Abu Rusydan.
Tag :
Syi'ar Dakwah
0 Komentar untuk "Waspadai Ulama yang menjadi Corong Musuh dalam Menyesatkan dan Menipu Umat"