Dalam acara bedah buku “Zionis & Syiah Bersatu Hantam Islam” yang diadakan di Bekasi, Sabtu (13/7/2013), Direktur An-Nasr Institute, Munarman, menyebutkan buku karya Muhammad Pizaro ini, menjadi penting untuk membentengi umat Islam dari pengaruh kesesatan Syiah.
Dalam kesempatan ini, Munarman menyebutkan tahapan Syiah melemparkan syubhat di tengah umat.
Menurut Munarman, setidaknya ada lima tahapan Syiah dalam meracuni pemikiran umat Islam, hingga terjebak ke dalam aliran sesat tersebut. Jika seseorang telah terpengaruh pada tahap pertama, ia bisa masuk ke tahap-tahap berikutnya. Sedangkan bila pada tahap awal sudah menolak, maka ia bisa selamat dari tahap-tahap penyesatan berikutnya, yaitu:
Pertama, membangun keyakinan bahwa Iran dan “Hizbullah” Lebanon-lah pihak satu-satunya yang melawan Amerika dan Zionis. Kedua, membesar-besarkan isu Karbala sesuai misi mereka. Ketiga, membangun logika politik untuk mencela pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan dan Yazid, putranya.
Keempat, membentuk pemahaman bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tidak dipakai sama sekali. Kelima, mencela Abu Bakar dan Umar bin Al-Khaththab.
Pada even yang dilaksanakan oleh Syam Organizer tersebut, Munarman, yang juga advokat ini, mengingatkan bahwa bila seseorang telah sampai pada tahap tragedi Karbala, maka itu adalah kondisi yang sudah gawat. Karena, pada tahap ini, orang sudah mulai tertanam akan kebenciannya terhadap para sahabat selain ahlul bait. Pada titik ini sulit bagi seseorang untuk mundur lagi.
Menurut Pizaro, buku ini ditulis hanya untuk melanjutkan temuan para Ulama dan Mujahidin terkait upaya mereka untuk memadamkan cahaya Islam. Maka, penulis buku ini berterimakasih kepada Syaikh Abu Mushab As Suri, DR Imad Ali Abdus Sami’, Syaikh Abdullah bin Muhammad as-Salafi, Syaikh DR Aiman Azh-Zhawahiri, DR Ihsan Ilahi Zhahiri, yang telah jauh menulis sebelum buku ini terbit tentang bersatunya Zionis dan Syiah dalam menghantam Islam.
Maka, jika pembaca mengharapkan buku ini mengupas kajian Zionis dan Syiah dalam sudut pandang konspirasi semata, sungguh dahaga pembaca tidak akan pernah puas merasakan itu. Karena dalam Bab pertama buku ini, penulis sudah menaruh tinjauan para ulama tentang ajaran Syiah.
Dengan tuntunan para ulama-lah, maka kita kita akan jernih melihat siapa sesungguhnya Syiah. Mereka tidak lain adalah aliran yang menyempal atas nama Islam lalu menusuk dari belakang.
Dulu orang masih mengira bahwa Iran adalah negara terdepan dalam melawan Zionisme Yahudi. Namun buku ini justru memiliki fakta sebaliknya. Keduanya tampak di luar bermusuhan, tapi di bawah meja saling bersalaman.
Antara tahun 1962 sampai kejatuhan Syah Reza Pahlevi pada tahun 1979, intelijen “Israel” melakukan kontak kuat dengan banyak petugas Iran yang dilatih oleh militer Zionis itu. Rezim Khomeini menghabiskan dana hingga 500 juta US Dollar guna membeli peralatan perang dari “Israel” sepanjang tahun 1980 hingga 1983. Bahkan keduanya terlibat secara bersamaan dalam menyerang reaktor nuklir Irak pada tahun 1981. Tak heran di Iran ada perpustakaan Yahudi dengan foto Khomeini di dalamnya.
Romantisme Syiah dan Zionis terus berlanjut hingga invasi Amerika Serikat pada tahun 2003. Brigade Sadr adalah milisi Syiah yang melindungi tentara George Bush dari Kuwait menuju Baghdad melewati gurun pasir An-Nashiriyah. Maka tidaklah aneh jika Ali As Sistani (Ulama Syiah Irak) yang biasanya lantang menyuarakan perang atas invasi “Israel” tapi melarang jihad melawan hegemoni Amerika Serikat di Irak. Itulah skandal sejarah yang dilakukan oleh sumber Syiah tertinggi di negeri 1001 malam itu.
Buku ini ditulis sebagai benteng mempertahankan akidah umat dari virus Syiah sekaligus untuk menjawab keresahan umat Islam yang selama ini dituding “teroris” oleh kelompok Syiah dengan berita-berita fitnahnya bahwa Mujahidin Suriah dbiayai Amerika. Padahal tridente Syiah (Iran, Hizbullah, dan Nushairiyah) justru secara faktual membunuhi umat Islam, suatu hal yang sama dilakukan Zionis kepada umat Islam!
Penulis berharap hadirnya buku ini dapat menjadi ibroh dan refleksi akan geliat Syiah di Indonesia. Sungguh, persoalan Syiah salah satu masalah akidah terbesar di Indonesia. Ini adalah fitnah yang akan merusak kedamaian bagi umat Islam di Indonesia.
Meski sudah memenuhi sebagian kriteria sesat dari 10 kriteria sesat MUI, mengapa hingga kini fatwa sesat dari MUI belum juga muncul? Fatwa dari pusat ini dibutuhkan umat agar tidak terjadi konflik yang meluas antara umat Islam dengan Syiah di Indonesia.
Mereka selalu menggembar-gemborkan ukhuwah dan toleransi di Indonesia, tanpa mau berkaca penderitaan yang dialami umat Islam di Iran yang susah sekali mendirikan masjid dan menjalankan kegiatan ibadahnya.
Syiah jelas bukan bagian dari Islam. Tidak ada ajaran Islam yang mengajarkan anarkisme akidah dengan mencaci maki sahabat dan istri Nabi. Sejarah membuktikan pengkhianatan-pengkhianatan mereka kepada para khalifah umat Islam
Iran berbatasan langsung dengan Afghanistan dan Pakistan yang tiap hari diperangi Amerika Serikat. Ribuan bocah Muslim mati akibat tembakkan yang dilancarkan Drone-Drone AS. Tapi, mana Rudal, Jet Tempur, dan milisi-milisi Syiah membantu umat Islam di sana memerangi Amerika Serikat?! Yang terjadi, moncong senjata Iran justru diarahkan kepada umat Islam di Suriah. Mereka satu kata dengan Amerika dan “Israel” bahwa Jabhah Nushrah adalah “teroris” yang mengancam kepentingan mereka. Padahal Jabhah Nushrah berjihad hanya dengan satu tujuan: menegakkan kalimatullah!
Dengan buku ini, Muhammad Pizaro ingin mengajak umat Islam untuk teliti melihat bahwa musuh kita tidak sekadar Zionis Yahudi, tapi juga ada Syiah. Musuh Islam bukan hanya “Israel”, tapi juga ada Iran, “Hizbullah”, dan rezim Syiah Nushairiyah yang membantai Muslim Suriah. Umat Islam tidak akan melakukan perlawanan jika tidak didahului kebiadaban mereka membunuh, memperkosa, menyiksa, hingga memaksa umat Islam untuk meninggalkan keyakinannya. Islam itu ajaran damai, tapi jika diperangi umat Islam akan melawan. Dan itulah yang kini berlangsung di Suriah.
sumber ; salam-online
Dalam kesempatan ini, Munarman menyebutkan tahapan Syiah melemparkan syubhat di tengah umat.
Menurut Munarman, setidaknya ada lima tahapan Syiah dalam meracuni pemikiran umat Islam, hingga terjebak ke dalam aliran sesat tersebut. Jika seseorang telah terpengaruh pada tahap pertama, ia bisa masuk ke tahap-tahap berikutnya. Sedangkan bila pada tahap awal sudah menolak, maka ia bisa selamat dari tahap-tahap penyesatan berikutnya, yaitu:
Pertama, membangun keyakinan bahwa Iran dan “Hizbullah” Lebanon-lah pihak satu-satunya yang melawan Amerika dan Zionis. Kedua, membesar-besarkan isu Karbala sesuai misi mereka. Ketiga, membangun logika politik untuk mencela pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan dan Yazid, putranya.
Keempat, membentuk pemahaman bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tidak dipakai sama sekali. Kelima, mencela Abu Bakar dan Umar bin Al-Khaththab.
Pada even yang dilaksanakan oleh Syam Organizer tersebut, Munarman, yang juga advokat ini, mengingatkan bahwa bila seseorang telah sampai pada tahap tragedi Karbala, maka itu adalah kondisi yang sudah gawat. Karena, pada tahap ini, orang sudah mulai tertanam akan kebenciannya terhadap para sahabat selain ahlul bait. Pada titik ini sulit bagi seseorang untuk mundur lagi.
Menurut Pizaro, buku ini ditulis hanya untuk melanjutkan temuan para Ulama dan Mujahidin terkait upaya mereka untuk memadamkan cahaya Islam. Maka, penulis buku ini berterimakasih kepada Syaikh Abu Mushab As Suri, DR Imad Ali Abdus Sami’, Syaikh Abdullah bin Muhammad as-Salafi, Syaikh DR Aiman Azh-Zhawahiri, DR Ihsan Ilahi Zhahiri, yang telah jauh menulis sebelum buku ini terbit tentang bersatunya Zionis dan Syiah dalam menghantam Islam.
Maka, jika pembaca mengharapkan buku ini mengupas kajian Zionis dan Syiah dalam sudut pandang konspirasi semata, sungguh dahaga pembaca tidak akan pernah puas merasakan itu. Karena dalam Bab pertama buku ini, penulis sudah menaruh tinjauan para ulama tentang ajaran Syiah.
Dengan tuntunan para ulama-lah, maka kita kita akan jernih melihat siapa sesungguhnya Syiah. Mereka tidak lain adalah aliran yang menyempal atas nama Islam lalu menusuk dari belakang.
Dulu orang masih mengira bahwa Iran adalah negara terdepan dalam melawan Zionisme Yahudi. Namun buku ini justru memiliki fakta sebaliknya. Keduanya tampak di luar bermusuhan, tapi di bawah meja saling bersalaman.
Antara tahun 1962 sampai kejatuhan Syah Reza Pahlevi pada tahun 1979, intelijen “Israel” melakukan kontak kuat dengan banyak petugas Iran yang dilatih oleh militer Zionis itu. Rezim Khomeini menghabiskan dana hingga 500 juta US Dollar guna membeli peralatan perang dari “Israel” sepanjang tahun 1980 hingga 1983. Bahkan keduanya terlibat secara bersamaan dalam menyerang reaktor nuklir Irak pada tahun 1981. Tak heran di Iran ada perpustakaan Yahudi dengan foto Khomeini di dalamnya.
Romantisme Syiah dan Zionis terus berlanjut hingga invasi Amerika Serikat pada tahun 2003. Brigade Sadr adalah milisi Syiah yang melindungi tentara George Bush dari Kuwait menuju Baghdad melewati gurun pasir An-Nashiriyah. Maka tidaklah aneh jika Ali As Sistani (Ulama Syiah Irak) yang biasanya lantang menyuarakan perang atas invasi “Israel” tapi melarang jihad melawan hegemoni Amerika Serikat di Irak. Itulah skandal sejarah yang dilakukan oleh sumber Syiah tertinggi di negeri 1001 malam itu.
Buku ini ditulis sebagai benteng mempertahankan akidah umat dari virus Syiah sekaligus untuk menjawab keresahan umat Islam yang selama ini dituding “teroris” oleh kelompok Syiah dengan berita-berita fitnahnya bahwa Mujahidin Suriah dbiayai Amerika. Padahal tridente Syiah (Iran, Hizbullah, dan Nushairiyah) justru secara faktual membunuhi umat Islam, suatu hal yang sama dilakukan Zionis kepada umat Islam!
Penulis berharap hadirnya buku ini dapat menjadi ibroh dan refleksi akan geliat Syiah di Indonesia. Sungguh, persoalan Syiah salah satu masalah akidah terbesar di Indonesia. Ini adalah fitnah yang akan merusak kedamaian bagi umat Islam di Indonesia.
Meski sudah memenuhi sebagian kriteria sesat dari 10 kriteria sesat MUI, mengapa hingga kini fatwa sesat dari MUI belum juga muncul? Fatwa dari pusat ini dibutuhkan umat agar tidak terjadi konflik yang meluas antara umat Islam dengan Syiah di Indonesia.
Mereka selalu menggembar-gemborkan ukhuwah dan toleransi di Indonesia, tanpa mau berkaca penderitaan yang dialami umat Islam di Iran yang susah sekali mendirikan masjid dan menjalankan kegiatan ibadahnya.
Syiah jelas bukan bagian dari Islam. Tidak ada ajaran Islam yang mengajarkan anarkisme akidah dengan mencaci maki sahabat dan istri Nabi. Sejarah membuktikan pengkhianatan-pengkhianatan mereka kepada para khalifah umat Islam
Iran berbatasan langsung dengan Afghanistan dan Pakistan yang tiap hari diperangi Amerika Serikat. Ribuan bocah Muslim mati akibat tembakkan yang dilancarkan Drone-Drone AS. Tapi, mana Rudal, Jet Tempur, dan milisi-milisi Syiah membantu umat Islam di sana memerangi Amerika Serikat?! Yang terjadi, moncong senjata Iran justru diarahkan kepada umat Islam di Suriah. Mereka satu kata dengan Amerika dan “Israel” bahwa Jabhah Nushrah adalah “teroris” yang mengancam kepentingan mereka. Padahal Jabhah Nushrah berjihad hanya dengan satu tujuan: menegakkan kalimatullah!
Dengan buku ini, Muhammad Pizaro ingin mengajak umat Islam untuk teliti melihat bahwa musuh kita tidak sekadar Zionis Yahudi, tapi juga ada Syiah. Musuh Islam bukan hanya “Israel”, tapi juga ada Iran, “Hizbullah”, dan rezim Syiah Nushairiyah yang membantai Muslim Suriah. Umat Islam tidak akan melakukan perlawanan jika tidak didahului kebiadaban mereka membunuh, memperkosa, menyiksa, hingga memaksa umat Islam untuk meninggalkan keyakinannya. Islam itu ajaran damai, tapi jika diperangi umat Islam akan melawan. Dan itulah yang kini berlangsung di Suriah.
sumber ; salam-online
Tag :
Syi'ar Dakwah
0 Komentar untuk "Bedah Buku ‘Zionis & Syiah Bersatu Hantam Islam’: MENGUNGKAP PERSEKONGKOLAN MEMERANGI ISLAM "